Rssatriamedika.co.id – Pada Kamis (4/7/2024), Hezbollah meluncurkan sekitar 200 roket dan drone peledak yang menargetkan posisi militer Israel. Menurut laporan Al Jazeera, serangan tersebut merupakan salah satu yang terbesar oleh Hezbollah sepanjang perbatasan Lebanon-Israel. Seorang perwakilan Hezbollah menyatakan bahwa serangan ini adalah balasan atas serangan Israel yang menewaskan komandan utama mereka, Mohammed Naameh Nasser, pada Rabu (3/7/2024). Israel mengonfirmasi bahwa ratusan roket dan drone peledak tersebut diluncurkan dari Lebanon ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki tentaranya.
” Baca Juga: Kaesang Pangarep Tanggapi Hasil Survei Pilkada Jawa Tengah “
Serangan ini membuat Israel membunyikan sirine peringatan tanda bahaya sebanyak 17 kali dalam 90 menit di berbagai wilayah utara, dari Nahariya di barat hingga Golan di timur. Akibat serangan tersebut, sejumlah wilayah di Israel utara mengalami kebakaran dan sebuah kendaraan militer Israel terkena proyektil. Dua serangan langsung juga terjadi terhadap gedung di Acre dan di utara kota lainnya. Dua wanita dilaporkan mengalami luka ringan dan dibawa ke rumah sakit. Meskipun banyak proyektil berhasil dicegat dan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Dilansir dari The Guardian, Mohammed Naameh Nasser, komandan utama Hezbollah yang tewas dalam serangan udara Israel di dekat kota Tyre di Lebanon selatan. Memiliki peran yang sangat penting. Nasser terlibat dalam pertempuran di konflik Suriah dan Irak dari 2011 hingga 2016 dan ikut serta dalam perang Hezbollah dengan Israel pada 2006. Konflik antara Hezbollah dan Israel memanas sejak pecahnya perang di perbatasan Gaza pada 7 Oktober 2023. Sejak saat itu, baku tembak hampir setiap hari terjadi di wilayah perbatasan. Ketegangan meningkat setelah Israel menyerang wilayah selatan Lebanon. Tepatnya di Kota Jouaiyya pada Selasa (11/6/2024), yang menewaskan empat pasukan Hezbollah. Termasuk Komandan Lapangan Senior Taleb Abdallah.
” Baca Juga: Serangan Rusia di Ukraina Timur: 4 Tewas dan 23 Luka-luka “
Hezbollah menyatakan bahwa serangan terhadap Israel adalah bentuk dukungan dan solidaritas kepada Hamas. Serta menyatakan kesediaannya untuk menghentikan serangan jika gencatan senjata tercapai di Gaza. Sebaliknya, Israel mengatakan bahwa tindakan militer di Lebanon akan terus dilakukan jika upaya diplomatik tidak berhasil. Meningkatnya pertempuran antara Hezbollah dan Israel telah membuat para mediator dari Amerika Serikat, Eropa, dan negara Arab bekerja keras untuk mencegah konflik regional yang lebih luas. Diperkirakan bentrokan di wilayah perbatasan ini telah menewaskan sedikitnya 496 orang di Lebanon, sebagian besar adalah pejuang Hezbollah, namun juga termasuk 95 warga sipil. Sementara dari pihak Israel, sedikitnya 15 tentara dan 11 warga sipil dilaporkan tewas.