Rssatriamedika.co.id – Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok melaporkan bahwa gunung api ini, yang memiliki ketinggian 1.423 meter di atas permukaan laut (mdpl), mengalami serangkaian gempa embusan pada Minggu (12/5/2024). Sebanyak 120 gempa embusan teramati dalam rentang waktu enam jam terakhir, mulai dari pukul 12.00 Wita hingga 18.00 Wita. Yeremias Kristianto Pugel, Kepala Pos PGA Ile Lewotolok, menyampaikan bahwa gempa-gempa tersebut memiliki rentang amplitudo antara 7.8 hingga 19.5 mm, dengan durasi bervariasi antara 16 hingga 152 detik.
” Baca Juga: Meluncur Bersama Sepeda Motor Harley-Davidson “
Gempa embusan merupakan fenomena gempa permukaan yang disebabkan oleh pelepasan gas dari lubang tembusan gas pada kubah lava yang terdapat di lantai kawah gunung api. Kejadian ini menjadi perhatian serius karena dapat menjadi indikator aktivitas vulkanik yang meningkat.
Meskipun visual gunung menunjukkan asap kawah dengan tekanan lemah berwarna putih. Serta aliran lava yang mengalir ke sektor barat sejauh 400-500 meter, status Gunung Ile Lewotolok tetap berada pada level III siaga. Hal ini menandakan adanya potensi ancaman bahaya bagi masyarakat sekitar, terutama di wilayah radius 2 kilometer dari pusat aktivitas gunung.
Yeremias mengimbau agar masyarakat sekitar dan wisatawan untuk tidak memasuki wilayah tersebut. Serta menjauhi aktivitas di dalam radius 2 kilometer dari pusat aktivitas Gunung Ile Lewotolok. Selain itu, warga Desa Lamatokan dan Jontona diminta untuk selalu waspada terhadap potensi ancaman bahaya. Seperti guguran atau longsoran lava, serta awan panas yang mungkin terjadi dari bagian timur puncak gunung. Warga dua desa tersebut juga diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh 3 kilometer dari pusat aktivitas.
” Baca Juga: Awal Perjalanan DJI: Dari Hobi menjadi Bisnis “
Aktivitas Gunung Api Ile Lewotolok akan terus dievaluasi secara berkala, serta akan diperhatikan jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Meskipun demikian, tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi selanjutnya belum menghasilkan perubahan status yang signifikan. Hal ini menunjukkan pentingnya pemantauan terus-menerus terhadap aktivitas gunung guna menjaga keselamatan dan kewaspadaan masyarakat.